CATATAN PRIBADI: APAKAH ENGKAU HENDAK MENGGANTINYA?


 APAKAH ENGKAU HENDAK MENGGANTINYA?

Oleh: Bima Krisna Aji - Ibnu Suwandi

Tak kunjung sampai penantianku dan perjalananku ke tujuannya. Sungguh saat ini segudang penyakit dan kerusakan telah menggerogoti kapal kami. Dayungan dan lajunya tak sekencang di awal. Kuharap musibah dan badai yang lebih besar tidak menghampiriku lagi. Aku butuh kawan untuk menemaniku dalam perjalanan dan menuntunku kepada tujuan.


Harapan-harapan yang dulu kami lambungkan sekarang tak seperti dulu. Keinginan hati untuk menyampaikan risalah kepada masyarakat kampung api dan wanginya tak se-menggelegar dahulu. Ya Allah kami harapkan pertolonganmu, hanya kepadamu kami menggantungkan pertolongan.


Kehidupan terus berjalan, dan aku masih di sini. Minatku untuk belajar ilmu syar’i seolah sudah sampai pada ujung tanduknya. Dosa-dosa dan maksiat yang aku tutupi kini nampak juga dampaknya, entah orang-orang atau hanya aku yang menyadarinya.


Betapa berat tangan ini untuk membuka kitab-kitab. Betapa bosan dan mengantuknya mata untuk menelusuri samudra faidah padanya. Aku mulai menganggap tulisan para ulama’ sebagai kalimat biasa, aku telah menelantarkannya. Ya Allah kuatkanlah aku.


Orientasi yang sedang bergeser

Di tahun ke-5 semenjak pertama kali kakiku di Jogja, aku mulai kehilangan arahku. Di awal masa tinggalku di Jogja diriku telah dibuat jatuh cinta kepada ilmu dan para pemangkunya. Namun, aku merasa kecintaan itu semakin memudar. Apakah kecintaan ini akan hidup dan mati di bumi yang sama.? Semoga kematian ragaku mendahuluinya.

Oleh sebab kami adalah orang yang berkuliah, maka pandangan dan cara berfikir kami pun beragam. Tema obrolan silih berganti dari satu hal kepada hal yang lain. Aku yang mengambil jurusan yang tidak begitu menjanjikan masa depan terkadang merasa iri dengan apa yang apa yang mereka bicarakan. Iya, mereka berbicara tentang perusahaan, karir, beasiswa dan sebagainya. Hatiku bergejolak mendengar hal ini. Mereka membicarakan sesuatu yang asing, aku merasa terbelakang.


Tak sepantasnya aku menyalahkan mereka, itu adalah hal yang wajar. Bukankah memang sedari awal hal itu yang mereka targetkan? Lalu bagaimana dengan target awalku? Apakah aku yang terlalu naif? Ataukah kesemrawutan pikiran ini disebabkan kebodohanku, kekerdilan? Kekhawatiran diri akan masa depan adalah penyakit yang telah menggerogoti diriku.


Sebuah nasihat telah sampai kepadaku, melalui sebuah kajian yang kupandang sebagai bekal yang indah. Ini adalah intisari nasihat yang disampaikan oleh Ustadz Dzulqarnain Muhammad Sunusi dalam kajian Mandzumah Mimiyyah, semoga Allah menjaga beliau.


Allah ta’ala berfirman:


قَالَ أَتَسْتَبْدِلُونَ ٱلَّذِى هُوَ أَدْنَىٰ بِٱلَّذِى هُوَ خَيْرٌ ۚ

Dia berkata: "Maukah kamu mengambil yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik?

(Al-Baqarah:61)


Nasihat ini sangat mengena bagiku, setelah semua kebimbangan dan harapan untuk menggapai perhiasan-perhiasan dunia muncul yang kemudian menjadikanku galau, firman Allah ini telah mengingatkanku.


“Wahai hamba Allah, apa tujuan hidupmu? Mana cita-cita yang telah engkau tancapkan? Tidakkah engkau telah mengetahui keutamaan dan kesempurnaannya? Apakah engkau hendak berpaling darinya? Apakah engkau akan meninggalkan segala kemuliaan tersebut dan menukarkan dengan sesuatu yang bernilai rendah? Betapa bodohnya jika kau mau menukarnya.”




Aku tetap berjalan sendiri dan berusaha untuk mencari sebab selamatnya perjalananku ke tujuan awal. Aku membaca lagi buku berjudul Duri Kelabu karya Ustadz Abu Nashim Mukhtar ‘Iben’ Rifai La Firlaz dan aku merasa telah berjalan bersama penuntut ilmu yang lain. Aku berharap tulisan ini juga menjadi obat bagi penuntut ilmu lain yang telah merasa berjalan sendiri dalam menempuh perjalanan mulia ini. Tetaplah berada di atasnya meski telah nyaris karam kapalmu.


Semoga Allah memberikan kemudahan atas urusan kita semua.




Ba’da Subuh, 

Ahad, 28 Syawal 1443

Ruang Transit, Masjid Pogung Raya

Yogyakarta


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Manzhumah Al Haiyyah - al ‘Allamah al Hafizh bin Ahmad Al Hakami rahimahullaahu

Mandzumah Ahsanil Akhlak - Untaian Syair tentang Kumpulan Akhlak Terbaik

Nestapa Para Pecandu